Sunday 30 December 2007

Bluthner, hitam klasik, buatan 1890-an (Dijual)

"The firm has been making [the] highest quality pianos in Leipzig...since 1853... Blüthner pianos have a very full sound that is warm, romantic, and lyrical"
- Larry Fine, The Piano Book.
Performance Rating:
Piano Performance Rating
Confidence Rating:
Piano Confidence Rating:
Quality Control Rating:Piano Quality Control Rating
www.bluthners.co.uk

Bluthner adalah salah satu dari sedikit piano berating 5/6 bintang. Perlu diketahui bahwa semakin tinggi jumlah bintang di sini menunjukkan kualitas suara yang makin baik. Rating 6 bintang (seperti pada Bluthner modern (M)) diartikan sebagai kualitas tertinggi sebagaimana seorang pianis memimpikannya di atas pentas, sedang 1 bintang diartikan sebagai kualitas terendah, sebagaimana seseorang bisa menjadikannya sebagai pengganti kayu bakar di musim dingin. Di antara piano berating 5 lainnya, seperti Kaps atau Bechstein, Bluthner biasanya dianggap lebih baik. Harganya di pasaran pun lebih tinggi dari Kaps ataupun Bechstein.

****** Six stars is highest quality - an instrument that a concert pianist would be happy to have on the stage.

* One star is lowest quality, the sort of thing that would keep you warm in winter when the coal runs out.





Kualitas suara Piano Bluthner terkait dengan penggunaan material yang terbaik. Bodi kayu dan frame besinya sangat kokoh. Perlu diingat bahwa sebuah frame besi piano harus mampu menahan tarikan 220 buah senar yang menghasilkan total gaya sebesar 20 ton. Penggunaan material pilihan membuat piano ini sangat berat (ciri umum piano berkelas), lebih berat dari piano-piano di Indonesia pada umumnya. Sebagaimana gitar yang berkualitas baik - dibuat dari kayu berkualitas tinggi, biasanya berat, sehingga suaranya mantap dan tidak cempreng. Demikian pula dengan piano ini. Dengan kualitas kayu yang baik, kualitas suara yang dihasilkan pun baik (pulen - mellow tone). Perlu dicatat piano berating rendah, biasanya akan menghasikan suara yang cempreng/berisik, sehingga muncullah istilah 'noisy furniture' pada piano berating 1 bintang.

Sebagaimana piano antik lainnya, tuts piano ini berlapis gading gajah asli dan berjumlah 88 buah (7 1/4 oktaf). Pada umumnya hanya piano buatan setelah tahun 1960-an punya tuts berjumlah 88 buah. Sebelum itu umumnya hanya 85 buah (7 oktaf). Ini menunjukkan bahwa piano ini termasuk yang terbaik pada jamannya.







Tuts berlapis gading gajah asli, selain bernilai tinggi juga tidak licin di jari (mengutip pendapat Iravati M. Sudiarso, salah satu guru piano terbaik Indonesia - baca artikelnya di sini). Perlu diketahui tuts piano baru sekarang biasanya dari bahan semacam plastik. Di Inggris sendiri sejak 1989 berlaku peraturan yang menyatakan bahwa hanya barang berbahan gading produksi sebelum 1947 saja yang boleh diperdagangkan.





Dari nomor serinya (42993 - lihat gambar di kiri), piano ini diketahui dibuat sekitar tahun 1890-1899. Jadi usia piano ini sekitar 110 tahun lebih.

Usia piano ini bisa diketahui dengan memasukkan nomor serinya ke sebuah website di internet, seperti ditampilkan di gambar di bawah (klik pada gambar untuk memperbesar).

Salah satu keistimewaan piano antik adalah mengenai kualitas suaranya. Mengutip pendapat Iravati M. Sudiarso, "Semakin tua umur piano -bila didukung oleh kualitas kayu yang baik- akan semakin menghasilkan suara yang presisi,"

Kondisi piano ini masih sangat baik. Pemilik piano ini sebelumnya adalah sebuah perusahaan konsultan di bidang training di London. Setelah diboyong ke Indonesia, untuk memastikan bahwa baik bodi luar maupun organ dalamnya (mesin, soundboard, snar, mekanisme pemukul, dll) berfungsi dengan baik, saya mempercayakan pada Pak Tjuk Tri Irtanto, seorang ahli piano yang sudah berpengalaman puluhan tahun di Jakarta, untuk memoles ulang bodi, membersihkan dan mengecek luar dalam piano ini sehingga nampak dan berfungsi seperti piano baru.

Terlihat pada gambar di kanan, piano ini model overstrung. Sistem overstrung ini lebih superior dan suaranya lebih bagus dibanding model biasa/straighstrung, karena sistem ini memungkinkan senar melintang diagonal lebih panjang daripada model straighstrung (perhatikan frame besi yang saling menyilang di bawah tuts). Pada dasarnya semakin panjang senar semakin bagus suara piano. Inilah mengapa piano grand mempunyai suara paling baik dan digunakan untuk konser piano profesional dibanding piano yang berukuran lebih kecil, seperti jenis babygrand atau upright.

Bagi anda yang tertarik untuk melihat langsung, piano ini ada di Cipondoh, Tangerang. Kontak lebih detail tersedia bagi anda (silakan email ke jati.hatmoko@gmail.com atau sms ke +447817938661). Sebuah bangku piano panjang (bisa untuk duet) akan menyertai piano ini bagi anda yang membelinya. Untuk pengiriman piano ini, Pak Tjuk dengan senang hati akan membantu pengirimannya baik bagi mereka yang tinggal di dalam maupun di luar kota.






Monday 10 December 2007

Melongok Steinway Di Indonesia

Melongok Steinway Di Indonesia
http://www.gatra.com/2003-05-10/artikel.php?id=27311

Mencari pemilik piano buatan Steinway & Sons di Tanah Air lumayan sulit. Hampir seperti mencari jarum di tumpukan jerami. Sangat sedikit yang memilikinya. Untungnya, dalam pencarian ini, Gatra berhasil mengumpulkan sejumlah pemilik. Misalnya, Iravati M. Sudiarso, Pia Alisjahbana, Miranda Goeltom, dan Ananda Sukarlan. Sayang, dua nama terakhir tak bisa dihubungi karena sedang berada berada di luar negeri.

Iravati Sudiarso mengoleksi satu unit Steinway. "Jenis seven seat," kata Iravati kepada Rury Feriana dari Gatra. Warnanya hitam, dengan tuts terbuat dari gading. Model seperti ini termasuk kategori klasik, terutama karena Steinway & Sons sudah tidak lagi memproduksi piano dengan tuts gading. Tuts piano buatan Steinway & Sons saat ini hanya diberi lapisan gading.

Iravati, salah satu guru piano terbaik tanah air ini, membeli piano Steinway-nya dari seorang ekspatriat yang hendak kembali ke negerinya pada era 1960-an. Namun, Iravati tak tahu persis tahun pembuatan piano itu. "Perkiraan saya, piano ini dibuat antara akhir abad 18 dan awal abad 19," kata ibu dua anak ini. Steinway milik Iravati hanya dipakai ketika latihan di rumahnya. Untuk mengajar, Iravati menggunakan piano merek lain, seperti Yamaha.

Di tangan Iravati, piano Steinway itu seperti menemukan pasangannya. Walau sudah berusia lebih empat dekade, piano itu masih menghasilkan suara yang --oleh Iravati disebut-- "Ajeg dan bagus." Menurut Iravati, ini bisa terjadi karena Steinway memiliki rangka besi bermutu tinggi. "Kerangka besinya dibuat sedemikian rupa sehingga bunyinya sangat precise", kata Ira.

Selain itu, kayu yang digunakan Steinway juga berpengaruh. "Semakin tua umur piano --bila didukung oleh kualitas kayu yang baik-- akan semakin menghasilkan suara yang presisi," kata Iravati. Wanita berusia 66 ini makin mencintai Steinway-nya karena tuts piano itu terbuat dari gading. "Tidak licin ketika dipakai," kata Iravati.

Iravati hampir tidak menemui kesulitan berarti selama memiliki piano itu. "Paling yang dibutuhkan hanya penyeteman yang teratur," katanya. Untuk urusan ini, Iravati mempercayakannya pada Misto, koleganya di Yayasan Pendidikan Musik (YPM). Komposer muda Andi Rianto punya kiat lain untuk memelihara kualitas Steinway.

"Selain rajin distem, penempatan Steinway juga harus diperhatikan," kata Andi. Piano Steinway, lanjut Andi, tak bisa diletakkan di ruangan yang lembab dan langsung terkena sinar matahari. "Kelembaban dan kekeringan yang cukup ekstrim bisa mengurangi kualitas suara yang dihasilkan," katanya.

Andi memang tidak memiliki piano Steinway. Namun, ketika menuntut ilmu di Berklee College of Music, ia kerap memainkan piano kelas satu ini. "Dalam beberapa konser di sana, saya memakai Steinway," ungkapnya. Ini tidak mengherankan karena Steinway memang banyak dipakai sekolah musik terkenal di dunia.

Walau baru merasakan Steinway ketika mendalami jurusan Film Scoring di Boston itu, pengetahuan Andi tentang piano Steinway ternyata sudah ada jauh sebelumnya. Sejak kecil ia sudah tahu kalau Steinway itu adalah yang terbaik. "Waktu kecil saya sering denger orang bilang "Steinway is the best piano in the world"," kata Andi.

Setelah merasakan sendiri piano Steinway, Andi mengaku apa yang didengarnya sewaktu kecil dulu tak berlebihan. "Memang enak," kata keponakan Umar Kayam ini. Karena cukup akrab dengan sound Steinway, Andi berani taruhan bahwa ia bisa membedakan bunyi piano itu dengan merek lain. "Sound Steinway itu enak, mulus. Sementara kalau Yamaha sound-nya mantap", kata Andi mencoba mendeskripsikan perbedaan Steinway dengan piano lain.

"Kelebihan Steinway itu adalah tonenya, yang kadang-kadang tidak bisa dicapai merk lain," kata Andi. Menurutnya, karena perbedaan tone ini jenis musik yang cocok dimainkan juga berbeda. "Yamaha itu lebih mantap dan cocok untuk pop atau Jazz. Sementara Steinway lebih tepat untuk musik klasik," papar penata musik untuk film Ca Bau Kan, Titik Hitam, dan Andai Ia Tahu ini.

Di antara koleksi barang seni di rumah Pia Alisjahbana yang asri di kawasan Pejaten, Jakarta Selatan, juga terdapat baby grand Steinway & Sons. Piano itu dibeli oleh anak Pia yang bersekolah di Amerika Serikat. "Dibeli tahun 1988," kata Pia. Sewaktu kembali ke tanah air, piano itu ikut terbawa. "Ini namanya barang pindahan," tambah wanita karir yang masih tampak enerjik di usianya yang mendekati 70 ini.

Pia tidak begitu mengerti tentang piano Steinway. Ia tidak hapal berapa harga piano ini saat dibeli. Ia juga tidak tahu piano ini buatan tahun berapa. Yang ia ingat, piano itu dibeli dalam kondisi baru. "Dipesan langsung dari New York," katanya. Ketika ditanya alasan membeli piano itu, dengan cepat Pia menjawab: "Steinway adalah piano terbaik."

Pia mencoba menjelaskan sebagus apa piano itu. "Dentingan pianonya begitu bening dan merdu. Daleman-nya bagus, berwarna emas," kata ibu dua anak ini. Sayang, piano itu kini lebih banyak mengangur. Di rumah Pia tidak ada lagi yang memainkan piano itu. Pia sudah sangat jarang memainkannya.

Namun, Pia berniat untuk memulai lagi bermain dan belajar piano. Piano tersebut sengaja disiapkan Pia di rumahnya untuk acara resital yang rutin diadakan sebulan sekali. "Resital tersebut menampilkan pianis-pianis berbakat lengkap dengan pemain biola dan cello," kata Ketua Nusantara Symphony Orchestra itu.

Di luar individu yang mengoleksi dan memainkan piano Steinway ini, sebuah institusi budaya tanah air juga memilikinya. Yaitu, Taman Ismail Marzuki (TIM). Sayangnya, Steinway di TIM itu sudah tidak fit lagi. Sewaktu kompetisi piano Cipta Award diselenggarakan tahun lalu, Steinway ini ikut dipakai. "Tapi, salah satu pedalnya putus," terang Jilal Mardhani, mantan Direktur Eksekutif TIM.

"Tragedi" itu sempat disaksikan oleh sejumlah anggota Dewan Penyantun TIM. Lalu, disepakatilah usaha untuk mengumpulkan dana guna membeli sebuah Steinway baru. Sebuah acara fund raising diadakan di kediaman Miranda Goeltom, Deputi Gubernur Bank Indonesia yang juga hobi memainkan piano. Dari acara itu diharapkan terkumpul US$ 80.000 sesuai dengan harga piano grand Steinway yang hendak dibeli.

Namun, jumlah dana yang diperoleh ternyata tidak genap sebesar itu. "Kalau tidak salah masih kurang sekitar US$ 10.000," ungkap Jilal kepada Gatra. Sayangnya, Jilal tak tahu bagaimana nasib dari rencana pembelian piano grand Steinway itu. Pertengahan tahun lalu, pria berusia 40 tahun, ini mundur dari TIM.

Carry Nadeak
[Ragam, GATRA, Nomor 22 Beredar Senin 14 April 2003]

R Fietze - Berlin, era Victorian (1900-an) (Dijual)


Piano antik ini dibuat awal 1900-an, jadi usianya sekitar 100 tahunan lebih. Selain nilai historisnya yang tinggi, pada dasarnya semakin tua umur piano akan menghasilkan suara yang semakin presisi, sepanjang didukung kualitas kayu yang baik (mengutip pendapat Iravati M. Sudiarso, salah satu guru piano terbaik Indonesia).

Piano ini bagus sebagai hiasan (furniture) maupun sebagai alat musik. Terlihat di gambar, desain yang exclusive (customised), bukan typical produk massal yang biasanya cenderung polos. Kayu Walnut khas Eropa mempunyai tekstur kayu yang indah.

Kondisi piano ini terawat bagus oleh pemiliknya sebelumnya yang membelinya dari toko piano di kota Leeds, Inggris tahun 2001. Piano yang dibeli dari toko piano biasanya bergaransi karena sudah dicek dan diperbaiki baik luar maupun dalamnya (mesin, soundboard, snar, mekanisme pemukul, dll) sehingga nampak dan berfungsi seperti piano baru.

Sebagaimana umumnya piano antik, tutsnya masih terbuat dari gading gajah, sehingga tidak licin di jari (mengutip pendapat Iravati M. Sudiarso, salah satu guru piano terbaik Indonesia). Tuts piano baru sekarang biasanya dari bahan semacam plastik. Di Inggris, tempat piano ini dibeli, sejak 1989 berlaku peraturan yang menyatakan bahwa hanya barang berbahan gading produksi sebelum 1947 saja yang boleh diperdagangkan. Salah satu ciri khas tuts gading adalah biasanya terlihat garis sambungan pada tutsnya. Sambungan ini 'terpaksa' dilakukan untuk mengurangi material gading yang terbuang, mengingat mahal dan langkanya gading.

Piano ini model overstrung dan underdamped. Sistem overstrung ini lebih superior dan suaranya lebih bagus dibanding model biasa/straightstrung, karena sistem ini memungkinkan senar (bass) melintang diagonal lebih panjang daripada model straighstrung. Pada dasarnya semakin panjang senar semakin bagus suara piano. Inilah mengapa piano grand mempunyai suara paling baik dibanding piano yang berukuran lebih kecil, seperti jenis babygrand atau upright.
Underdamped adalah sistem di mana posisi peredam berada di bawah posisi hammer. Sistem ini lebih effektif dalam meredam getaran senar dibanding sistem overdamped (posisi peredam di atas hammer), sehingga suara piano yang dihasilkan bisa lebih jernih. Piano buatan Jerman biasanya dianggap lebih superior dalam kualitas mekanik dan suara.

Berikut ini adalah kutipan dari iklan asli di eBay dari pemilik piano terakhir di Inggris sebelum dibawa ke Indonesia.


Siapa tertarik? Bagi peminat serius yang ingin melihat langsung, saat ini piano berada di daerah Cipondoh - Tangerang. Kursi piano baru (panjang - bisa untuk duet) akan diberikan cuma-cuma menyertai piano ini. Kontak lebih detail tersedia bagi peminat serius. Untuk pengiriman piano ini, Pak Tjuk dengan senang hati akan membantu pengirimannya baik bagi mereka yang tinggal di dalam maupun di luar kota.

Sunday 9 December 2007

Bechstein - Made in Berlin 1893

Bechstein termasuk piano papan atas dengan rating 5/6 bintang.














****** Six stars is highest quality - an instrument that a concert pianist would be happy to have on the stage.

* One star is lowest quality, the sort of thing that would keep you warm in winter when the coal runs out.








Sebelum dibawa ke Indonesia, piano ini berlokasi di kota Birmingham - kota terbesar di Inggris kedua setelah London. Saat ini piano ini mendapatkan rumah barunya di Bandung.



Dari nomor serinya (32677), piano ini diketahui dibuat sekitar 1890-1899. Jadi usianya lebih dari 110 tahun.